Wawasan anak muda Indonesia dalam berkarya

Kerajaan Kediri Menampakkan jejaknya

by Unknown , at 06:37 , has 0 comments

Kerajaan Kediri Menampakkan jejaknya-Februari tahun lalu, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim di Trowulan, Mojokerto, melakukan ekskavasi awal struktur bangunan batu bata. Struktur bangunan ini diduga kuat merupakan peninggalan Kerajaan Kediri. Analisis itu diperkuat keberadaan arca Garuda Wisnu Kencana dan jwaladara karena kerajaan yang pusat pemerintahannya ada di Dhaha ini merupakan pemuja Wisnu.



Situs Semen, yang berlokasi 1,5 kilometer dari petilasan Prabu Jayabaya, raja Kediri yang termasyhur dengan ramalan Jangka Jayabaya, itu memiliki luas sekitar 6 hektar. Lokasi masih berupa area persawahan yang di dalamnya bertebaran batu bata kuno yang diletakkan begitu saja. Batu bata ini akan terungkap jelas jika petani baru saja selesai membajak sawah. Tahun 1970-an dan 1980-an, batu bata kuno ini banyak berpindah tempat karena warga menggunakannya untuk menguruk pekarangan.

Akhir November-awal Desember lalu, BPCB melakukan ekskavasi situs berupa bangunan altar di Tunglur, Desa Sumberjo, Kecamatan Badas. Meski belum bisa dipastikan asal dinastinya, situs berwujud altar batu itu diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Kediri.


Di luar situs Tunglur dan Semen, ada arca Totok Kerot yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Ngasem, tidak jauh dari monumen Simpang Lima Gumul, ikon Kediri masa kini. Arca setinggi 3 meter itu, menurut arkeolog, merupakan sosok Dwarapala, yakni arca penjaga pintu gerbang kerajaan Dahanapura (1222 M).

Selain itu, Kediri memiliki Candi Surowono di Kecamatan Pare, Candi Tegowangi di Plemahan yang dibangun pada masa Majapahit, situs Prambata di Pagu, dan situs Sukorejo atau lebih dikenal masyarakat sebagai legenda makam Calon Arang.

Sejarawan menyebut wilayah Kediri di Jawa Timur menjadi saksi tiga zaman, yakni masa kejayaan Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit. Tidak mengherankan jika kabupaten yang dibelah Sungai Brantas dan berada di lereng sisi timur Gunung Kelud itu memiliki ribuan benda cagar budaya yang tersebar hampir di seluruh wilayah.

Arkeolog dari BPCB Trowulan, Nugroho Lukito, mengatakan, Kediri memang kaya akan situs masa lalu. Tetapi semua belum terungkap. ”Kalau semua terungkap, pasti sangat banyak. Situs terbanyak berasal dari masa Kediri dan Majapahit. Sebagian kecil di sisi selatan Kelud yang mungkin berasal dari Singasari,” ucapnya.

Bergeser ke timur di lereng Kelud, situs-situs masa lalu juga tersebar di sejumlah lokasi. Arca berukuran kecil ataupun bejana atau bak batu (media petirtaan) bisa ditemukan di pekarangan warga ataupun perkebunan.

Di area PT Perkebunan Nusantara XII Rangkahpawon, Kecamatan Plosoklaten, terdapat setidaknya dua bak petirtaan, salah satunya berhuruf Jawa kwadrat yang diperkirakan dari zaman Kediri. Ada juga arca Siwa yang diperkirakan berasal dari zaman Singasari.

Beberapa waktu lalu, arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi, menyebut wilayah Kelud memiliki banyak bangunan suci. Bangunan itu didirikan lintas masa, yakni Singasari, Kediri, dan Majapahit. Kelud dianggap jadi salah satu gunung suci di Jawa. Nugroho Lukito juga menyebut orang dulu percaya bahwa di Kelud bersemayam dewa gunung, Sang Acalapati.

Tidak jauh dari lereng Kelud, di sisi utara, pemerintah Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, dalam beberapa tahun terakhir membuat kebijakan mengumpulkan arca dan benda masa lalu yang ditemukan warga. Benda-benda itu dikumpulkan di sebuah bangunan kecil di sisi kanan pendapa balai desa.

Di tempat ini terdapat, antara lain, 2 prasasti bertuliskan huruf Jawa kuno, yakni Brumbung I peninggalan Kediri dan Brumbung II peninggalan Majapahit; arca dwarapala; dan petirtaan. Dahulu benda temuan masyarakat dijual penemunya, tetapi saat ini benda itu dikumpulkan ke balai desa.

Kepala Bidang Sejarah, Nilai Tradisi, Museum, dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri Eko Budi Santoso menyebut, terdapat 182 benda cagar budaya yang bergerak ataupun tidak bergerak di wilayahnya yang sudah teregister. BCB bergerak contohnya arca, sedangkan yang tidak bergerak adalah situs.

Namun, benda cagar budaya yang belum teregister jauh lebih banyak dan umumnya berada di dalam bumi Kediri. Contohnya bata merah kuno, fragmen arca dan fragmen benda lain seperti tempayan. Demi keamanan dan pelestarian, BCB kerap ditimbun kembali setelah diekskavasi untuk penelitian.


Keberadaan BCB yang jumlahnya ribuan ini menarik minat masyarakat tidak hanya dari Kediri, tetapi juga daerah lain seperti Blitar, Nganjuk, bahkan Surabaya, hingga Solo dan Yogyakarta. Mereka datang ke Kediri dengan beragam tujuan, mulai dari melihat langsung benda peninggalan leluhur hingga melakukan sesuatu yang khusus seperti ritual.



Kerajaan Kediri Menampakkan jejaknya
About
Kerajaan Kediri Menampakkan jejaknya - written by Unknown , published at 06:37, categorized as seni dan budaya . And has 0 comments
0 comments Add a comment
Bck
Cancel Reply
Copyright ©2013 Makde Udin Kediri by
Theme designed by Damzaky - Published by Proyek-Template
Powered by Blogger